Bid'ah-bid'ah dalam Al-Qur'an
Kategori: Manhaj
Print this page
Alhamdulillah semangat Umat Islam dalam mengamalkan agamanya bisa dikatakan cukup tinggi terutama masyarakat kita di Lombok. Hal ini terbukti dengan apa yang mereka lakukan setiap harinya. Namun sekedar berbekal semangat saja tidaklah cukup..!! Harus diiringi dengan Mutaba’ah dalam mempraktik sebuah Ibadah agar Ibadah tersebut diterima di sisi Allah U. Sungguh sangat disayangkan kebanyakan Kaum Muslimin tidak memperhatikan hal ini..!! Akibatnya, munculah berbagai macam bid’ah dalam aspek agama, termasuk diantaranya bid’ah-bid’ah yang di lakukan terhadap Kitab Suci Umat Islam, Alqur’an Alkarim. Sungguh tidaklah muncul sebuah bid’ah melainkan akan mematikan Sunnah Nabir sebagai mana yang di ungkapakan oleh Hassan bin Atiah – Rahimahullah-:
“Tidaklah suatu kaum membuat satu bid’ah ( perkara baru ) dalam agamanya melainkan Allah akan mencabut satu sunah yang semisalnya dan tidak akan dikembalikan sampai hari kiamat.” ( Syarah Usulul I’tiqod Ahlussunnah 1/ 93 )
Oleh karenanya, kami akan menyebutkan sebagian dari bid’ah-bid’ah yang terjadi terhadap Al-qur’an sebagai peringatan bagi Umat Islam agar mereka selalu waspada dan menjauhinya.
BERKUMPUL GUNA MEMBACA AL-QUR’AN UNTUK ORANG MATI ATAU UNTUK ORANG YANG MENGUNDANGNYA
Barangsiapa yang mengumpulkan manusia untuk membaca al-Qur’an bersama-sama kemudian menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang yang sudah meniggal, maka perbuatan ini termasuk perbutan bid’ah karena tidak ada dalil dalam masalah ini. Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda:
” Barangsiapa melaksanankan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak”(HR: Bukhari 7349 Muslim 1718 )
Suatu bacaan al-Qur’an akan bisa mendatangkan manfaat apabila tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, baik dari yang membaca maupun yang mendengarnya. Dan harus dikerjakan dengan cara yang telah disyaritkan, bukan dengan cara yang diada-adakan, bukanpula dengan ayunan lagu dan musik seperti lagu-lagu yang dibuat oleh orang jahil. Bacaan dengan cara ini, dengan menghadiahkan pahalanya untuk orang yang sudah meninggal, atau bahkan orang masih hidup sekalipun, termasuk perbuatan bid’ah yang tidak mendatangkan pahala justru akan mendatangkan dosa.
MEMBACA SURAH AL-FATIHAH UNTUK RUH SESEORANG
Membaca al-Fatihah setelah berdo’a, setelah membaca al-Qur’an, sebelum akad nikah atau acara-acara lainnya termasuk perbuatan bid’ah. Karena perbuatan tersebut tidak memiliki dasar dari Rasulullah-Shollallohu ‘alaihi wasallam-dan para sahabatnya.
Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda :
“ Barang siapa mengada-adakan dalam perkara kami ini yang tidak berasal darinya maka ia akan tertolak (HR. Bukori 2141 Muslim 4589 )
Demikian pula membaca surah al-Fatihah setelah shalat fardhu termasuk perbuatan bid’ah, baik dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara berjamah.
MENGADAKAN PERAYAAN UNTUK KHATAMAN AL-QUR’AN
Perayaan yang diadakan berkenaan dengan khataman al-Qur’an ini tidak ada contohnya sama sekali baik dari perkataan maupun perbuatan Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- hal ini pula tidak pernah diadakan oleh salah seorang dari Khulafairrasyidin. Sekiranya itu merupakan ajaran atau perintah dari Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- tentu mereka akan lebih dahulu untuk mempraktikannya dan meriwayatkan kepada kita mengenai peristiwa tersebut sebagaimana hukum-hukum syari’at lainnya.
MEBACA AL-QUR’AN DI ATAS KUBURAN ORANG YANG TELAH MENINGGAL
Membaca al-Qur’an di atas kuburan merupakan perbuatan bid’ah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam- dan para sahabatnya padahal mereka adalah orang-orang yang paling paham terhadap makna Al-qur’an, maka tidak selayaknya bagi kita untuk mengada-adakanya. Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam- dalam suatu riwayat menyebutkan :
“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setip bid’ah merupakan kesesataan” (HR. Abu Daud 4609 Imam Ahmad dalam Musnadnya 17145 ).
Dalam riwayat yang lain Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda :
“dan setiap kesesatan berada dalam Neraka” .
Maka merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk mengikuti petunjuk Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam-, para shabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Sehingga kita mendapatkan petunjuk dan kebaikan berdasarkan hadist Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- : “sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad -Shollallohu ‘alaihi wasallam-”.(HR. Muslim )
MENGUCAPAKAN SHADAQALLAHUL ‘AZHIM dan MENCIUM AL-QUR’AN SETELAH SELESAI MEMBACANYA
Diantara bid’ah-bid’ah yang menyebar di Masyarakat kita ialah mengucapakanSHADAQALLAHUL ‘AZHIM setiap selesai membaca al-Qur’an. Hal ini tidak pernah dipraktikkan oleh Rasulullah r maupun para sahabat. Juga tidak pernah dilakukan oleh para ulama-ulama salaf. Padahal mereka sangat sering membaca al-Qur’an, sangat memperhatikannya dan sangat mengerti tentang al-Qur’an.
Demikian juga tidak ada satu dalil pun yang mensyari’atkan untuk mencium mushaf al-Qur’anul Karim. Karena al-Qur’an diturunkan untuk dibaca, direnungkan maknanya, dan diamalkan.
Penutup:
Saudaraku yang dimuliakan Allah ..!!! Sebelum kami akhiri tulisan mungil ini kami ingatakan untuk diri kami dan segenap kaum muslimin agar selalu memperhatikan Al-qur’an karena sesungguhnya Allah telah menjamin keselamatan bagi orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-qur’an sebagaimana Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda:
” Aku telah tinggalkan untuk kalian jikalau kalian berpegang teguh dengannya kalian tidak akan sesat yaitu Kitabullah ( Al-Qur’an )” ( HR: Muslim 3009 )
Ibnu Abbas berkata:
” Sungguh Allah telah menjamin bagi orang-orang yang membaca dan mempelajari Al-qur’an tidak akan sesat di dunia dan tidak akan rugi diakhirat” (‘Aisaru Tafasir 3 / 387 oleh Imam Al-Jazairi, Tafsir Iman Al-qurtubi 11/ 258 )
Demikian pula seseorang itu akan di mudahkan segala urusannya oleh Alla Ta’ala sesuai dengan kadar bacaannya terhadap Al-qur’an, sungguh menarik apa yang di kisahkan oleh Imam Ibnu Rajab Al-hambali – Rahimahullah – Bahwasanya Tatkala Ad-Dhiyaa’ al-Maqdisi akan melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu hadits maka Ibrahim bin Abdil Wahid Al-Maqdisi berwashiat kepadanya seraya berkata:
“Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan jangan engkau tinggalkan Al-Qur’an. Karena akan dipermudah bagimu apa yang engkau cari sesuai dengan kadar bacaanmu”
Ad-Dliyaa’ Al-Maqdisi berkata:
“Maka akupun melihat hal itu dan sudah sering aku mencobanya. Jika aku banyak membaca Al-Qur’an maka dimudahkan bagiku untuk mendengar dan mencatat banyak hadits. Namun jika aku tidak membaca Al-Qur’an maka tidak dimudahkan bagiku” (Dzail Tobaqoot Al-Hanaabilah karya Ibnu Rojab Al-Hanbali 3/205) tentu orang-orang yang memiliki hati yang bagus nan cemerlang tidak pernah akan merasa bosan membaca Al-qur’an, sebagaimana Utsaman Bin Affant berkata:
” Sekiranya hati kalian suci tentu kalian tidak akan pernah bosan dari perkataan Robb kalian ” ( At-Tabsiroh 1 / 371 )
Semoga Allah memantapkan hati kita untuk tetep berpegang pada sunnahnya dan menghindari serta menjauhakan kita dari noda-noda bid’ah dan semoga Allah menjadikan Alqur’an sebagai penyejuk hati kita, cahaya bagi dada kita dan menghilangkan kegundahan serta kesusahan kita. Amin Ya Rabbul Alamin
Disusun oleh salah seorang santriwati Ma’had Ali Assunnah diringkas dari kitab “Bida’unnas fil qur’an “oleh : Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz Terbitan : Darul wathon linnasr dengan sedikit penyesuaian
Kunjungi Juga Selada Rya Tuntunan Islam
Kategori: Manhaj
Alhamdulillah semangat Umat Islam dalam mengamalkan agamanya bisa dikatakan cukup tinggi terutama masyarakat kita di Lombok. Hal ini terbukti dengan apa yang mereka lakukan setiap harinya. Namun sekedar berbekal semangat saja tidaklah cukup..!! Harus diiringi dengan Mutaba’ah dalam mempraktik sebuah Ibadah agar Ibadah tersebut diterima di sisi Allah U. Sungguh sangat disayangkan kebanyakan Kaum Muslimin tidak memperhatikan hal ini..!! Akibatnya, munculah berbagai macam bid’ah dalam aspek agama, termasuk diantaranya bid’ah-bid’ah yang di lakukan terhadap Kitab Suci Umat Islam, Alqur’an Alkarim. Sungguh tidaklah muncul sebuah bid’ah melainkan akan mematikan Sunnah Nabir sebagai mana yang di ungkapakan oleh Hassan bin Atiah – Rahimahullah-:
مَاابْتَدَعَ قَوْمٌ بِدْعَةً فِيْ دِيْنِهِمْ إِلاَّ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ سُنَّتِهِمْ مِثْلَهَا ثُمَّ لاَ يُعِيْدُهَا عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Oleh karenanya, kami akan menyebutkan sebagian dari bid’ah-bid’ah yang terjadi terhadap Al-qur’an sebagai peringatan bagi Umat Islam agar mereka selalu waspada dan menjauhinya.
BERKUMPUL GUNA MEMBACA AL-QUR’AN UNTUK ORANG MATI ATAU UNTUK ORANG YANG MENGUNDANGNYA
Barangsiapa yang mengumpulkan manusia untuk membaca al-Qur’an bersama-sama kemudian menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang yang sudah meniggal, maka perbuatan ini termasuk perbutan bid’ah karena tidak ada dalil dalam masalah ini. Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Suatu bacaan al-Qur’an akan bisa mendatangkan manfaat apabila tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, baik dari yang membaca maupun yang mendengarnya. Dan harus dikerjakan dengan cara yang telah disyaritkan, bukan dengan cara yang diada-adakan, bukanpula dengan ayunan lagu dan musik seperti lagu-lagu yang dibuat oleh orang jahil. Bacaan dengan cara ini, dengan menghadiahkan pahalanya untuk orang yang sudah meninggal, atau bahkan orang masih hidup sekalipun, termasuk perbuatan bid’ah yang tidak mendatangkan pahala justru akan mendatangkan dosa.
MEMBACA SURAH AL-FATIHAH UNTUK RUH SESEORANG
Membaca al-Fatihah setelah berdo’a, setelah membaca al-Qur’an, sebelum akad nikah atau acara-acara lainnya termasuk perbuatan bid’ah. Karena perbuatan tersebut tidak memiliki dasar dari Rasulullah-Shollallohu ‘alaihi wasallam-dan para sahabatnya.
Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda :
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Demikian pula membaca surah al-Fatihah setelah shalat fardhu termasuk perbuatan bid’ah, baik dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara berjamah.
MENGADAKAN PERAYAAN UNTUK KHATAMAN AL-QUR’AN
Perayaan yang diadakan berkenaan dengan khataman al-Qur’an ini tidak ada contohnya sama sekali baik dari perkataan maupun perbuatan Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- hal ini pula tidak pernah diadakan oleh salah seorang dari Khulafairrasyidin. Sekiranya itu merupakan ajaran atau perintah dari Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- tentu mereka akan lebih dahulu untuk mempraktikannya dan meriwayatkan kepada kita mengenai peristiwa tersebut sebagaimana hukum-hukum syari’at lainnya.
MEBACA AL-QUR’AN DI ATAS KUBURAN ORANG YANG TELAH MENINGGAL
Membaca al-Qur’an di atas kuburan merupakan perbuatan bid’ah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam- dan para sahabatnya padahal mereka adalah orang-orang yang paling paham terhadap makna Al-qur’an, maka tidak selayaknya bagi kita untuk mengada-adakanya. Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam- dalam suatu riwayat menyebutkan :
كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Dalam riwayat yang lain Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda :
“dan setiap kesesatan berada dalam Neraka” .
Maka merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk mengikuti petunjuk Rasulullah -Shollallohu ‘alaihi wasallam-, para shabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Sehingga kita mendapatkan petunjuk dan kebaikan berdasarkan hadist Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- : “sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad -Shollallohu ‘alaihi wasallam-”.(HR. Muslim )
MENGUCAPAKAN SHADAQALLAHUL ‘AZHIM dan MENCIUM AL-QUR’AN SETELAH SELESAI MEMBACANYA
Diantara bid’ah-bid’ah yang menyebar di Masyarakat kita ialah mengucapakanSHADAQALLAHUL ‘AZHIM setiap selesai membaca al-Qur’an. Hal ini tidak pernah dipraktikkan oleh Rasulullah r maupun para sahabat. Juga tidak pernah dilakukan oleh para ulama-ulama salaf. Padahal mereka sangat sering membaca al-Qur’an, sangat memperhatikannya dan sangat mengerti tentang al-Qur’an.
Demikian juga tidak ada satu dalil pun yang mensyari’atkan untuk mencium mushaf al-Qur’anul Karim. Karena al-Qur’an diturunkan untuk dibaca, direnungkan maknanya, dan diamalkan.
Penutup:
Saudaraku yang dimuliakan Allah ..!!! Sebelum kami akhiri tulisan mungil ini kami ingatakan untuk diri kami dan segenap kaum muslimin agar selalu memperhatikan Al-qur’an karena sesungguhnya Allah telah menjamin keselamatan bagi orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-qur’an sebagaimana Nabi -Shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda:
تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابَ اللَّهِ
Ibnu Abbas berkata:
” Sungguh Allah telah menjamin bagi orang-orang yang membaca dan mempelajari Al-qur’an tidak akan sesat di dunia dan tidak akan rugi diakhirat” (‘Aisaru Tafasir 3 / 387 oleh Imam Al-Jazairi, Tafsir Iman Al-qurtubi 11/ 258 )
Demikian pula seseorang itu akan di mudahkan segala urusannya oleh Alla Ta’ala sesuai dengan kadar bacaannya terhadap Al-qur’an, sungguh menarik apa yang di kisahkan oleh Imam Ibnu Rajab Al-hambali – Rahimahullah – Bahwasanya Tatkala Ad-Dhiyaa’ al-Maqdisi akan melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu hadits maka Ibrahim bin Abdil Wahid Al-Maqdisi berwashiat kepadanya seraya berkata:
أَكْثِرْ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، وَلاَ تَتْرُكْهُ فَإِنَّهُ يَتَيَّسَرُ لَكَ الَّذِي تَطْلُبُهُ عَلَى قَدْرِ مَا تَقْرَأُ
Ad-Dliyaa’ Al-Maqdisi berkata:
فَرَأَيْتُ ذَلِكَ وَجَرَّبْتُهُ كَثِيْراً، فَكُنْتُ إِذَا قَرَأْتُ كَثِيْراً تَيَسَّرَ لِي مِنْ سَمَاعِ الْحَدِيْثِ وَكِتَابَتِهِ الْكَثِيْرِ، وَإِذَا لَمْ أَقْرَأْ لَمْ يَتَيَّسَرْ لِي
لوْ طَهُرَتْ قلوبُكم, ما شبِعتُم مِن كلامِ رَبِّكُم
Semoga Allah memantapkan hati kita untuk tetep berpegang pada sunnahnya dan menghindari serta menjauhakan kita dari noda-noda bid’ah dan semoga Allah menjadikan Alqur’an sebagai penyejuk hati kita, cahaya bagi dada kita dan menghilangkan kegundahan serta kesusahan kita. Amin Ya Rabbul Alamin
Disusun oleh salah seorang santriwati Ma’had Ali Assunnah diringkas dari kitab “Bida’unnas fil qur’an “oleh : Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz Terbitan : Darul wathon linnasr dengan sedikit penyesuaian
Dikutip dari sumber artikel : http://abunamira.wordpress.com
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfmznui2L_SIB3wYRdFMIgLs3n7PryY8cKLIKntx5olSi2HcKhiFtwy7rRieJr2kR-8sO0jlG81vIbwNbrbZW-9D-95j1JNJYT4XpmhwrZUKMjt-wmYfaIWeZNMSQB1rWS67qkpzp_JHI/s640/gapuraselada.jpg)
Kunjungi Juga Selada Rya Tuntunan Islam
Artikel : Perumnas I Selada Raya
Klik Gambar
| |
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di Site ini dengan menyertakan sumber artikel