Jadikan Doa ini yang
Terakhir Dibaca Menjelang Tidur!
Sumber http://www.voa-islam.com/islamia Oleh: Badrul Tamam
اللَّهُمَّ إِنِّى
أَسْلَمْتُ وَجْهِى إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِى إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِى
إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ
إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِى أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِى
أَرْسَلْتَ
"Ya Allah, sungguh aku serahkan wajahku
kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku
kepada-Mu dengan penuh harap dan takut terhadap-Mu. Sesungguhnya tidak ada
tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari (ancaman)-Mu kecuali kepada-Mu.
Sungguh aku telah beriman kepada Kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan
(beriman) kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus."
Hal ini didasarkan
kepada riwayat Bara' bin Azib Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallambersabda,
إِذَا أَخَذْتَ
مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ
الأَيْمَنِ ثُمَّ قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْلَمْتُ وَجْهِى إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ
أَمْرِى إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِى إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ
مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِى
أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِى أَرْسَلْتَ وَاجْعَلْهُنَّ مِنْ آخِرِ كَلاَمِكَ
فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ مُتَّ وَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ
"Apabila kamu
hendak tidur maka berwudhu'lah sebagaimana wudhu untuk shalat. Kemudian
berbaringlah miring ke kanan, lalu bacalah: "Ya Allah, sungguh aku
serahkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, dan aku sandarkan
punggungku kepada-Mu dengan penuh harap dan takut terhadap-Mu. Sesungguhnya
tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari (ancaman)-Mu kecuali
kepada-Mu. Sungguh aku telah beriman kepada Kitab-Mu yang telah Engkau turunkan
dan (beriman) kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus."
Jadikan
kalimat-kalimat itu sebagai perkataan terakhirmu, karena jika engkau mati pada
malam itu maka engkau meninggal di atas fitrah." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Membacanya Sesuai dengan
Teks Hadits
Bara' bin Azib Radhiyallahu
'Anhu menuturkan, dia pernah mengulangi doa yang diajarkan Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam tersebut, lalu dia membaca dengan: Aamantu
Birasuulika al-Ladzii Arsalta. Maka Beliau Shallallahu 'Alaihi
Wasallam menegurnya dan berkata: "Ucapkanlah: Aamantu
Binabiyyika al-Ladzii Arsalta."
Sebab pengingkaran Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallamtersebut dikarenakan apa yang beliau ajarkan itu adalah
zikir dan doa. Lafadz zikir adalah tauqufiyah dalam penetapan lafadz dan
pahalanya. Selayaknya mencukupkan pada lafadz yang sesuai dengan huruf yang
telah diajarkannya. Karena terkadang balasan pahalanya terkait dengan
huruf-huruf tersebut.
Boleh jadi juga, wahyu yang diterima oleh NabiShallallahu
'Alaihi Wasallam adalah dengan kalimat ini sehingga wajib dikerjakan
sesuai dengan huruf yang telah diwahyukan kepada beliau. Ini merupakan pendapat
al-Hasan al-Bashri yang dipilih oleh Al-Maziri dan ulama selainnya. (Lihat
Syarh al-Nawawi terhadap hadits ini)
. . . Selayaknya
mencukupkan pada lafadz yang sesuai dengan huruf yang telah diajarkannya.
Karena terkadang balasan pahalanya terkait dengan huruf-huruf tersebut . . .
Keterangan
Tidur adalah saudara
kandung dari kematian. Sebabnya, saat tidur akal dan gerakan kita hilang
laksana mati. Hal sebagai bentuk permisalan dan penyerupaan, seperti firman
Allah Ta'ala:
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ
بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ
لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan Dialah yang
menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada
siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan
umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu
Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Al
An'am: 60)
Ibnu Katsir rahimahullah dalam
tafsirnya menyatakan, "Allah Ta'ala mengabarkan bahwa Dia mewafatkan
hamba-hamba-Nya dalam tidur mereka di waktu malam. Ini adalah wafat kecil,
sebagaimana firman-Nya (dalam mewafatkan Isa bin Maryam):
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا
عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ
كَفَرُوا
"Ketika Allah
berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." (QS.
Ali Imran: 55)
Dalam firman-Nya yang
lain,
اللَّهُ يَتَوَفَّى
الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ
الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الأخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
"Allah memegang
jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di
waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan."
(QS. Al-Zumar: 42)
Dalam ayat ini, Allah
menyebutkan dua jenis wafat: kubra (besar) dan shugra (kecil). Demikianlah Dia
menyebutkan hukum dua wafat, shugra lalu kubra, dalam satu tempat ini."
Syaikh al-Sa'di rahimahullah dalam
tafsirnya menyebutkan, " . . . Bahwa Dia (Allah) mewafatkan mereka
pada waktu malam, wafat tidur, sehingga mereka berhenti bergerak, badan mereka
istirahat, lalu membangkitkan mereka ketika bangun dari tidur agar mereka bisa
mencari kebutuhan dien dan dunia mereka. Dan Allah tahu amal-amal yang mereka
kerjakan."
Al Thibbi menyebutkan
tentang hikmah digunakannya kata maut (mati) pada tidur, "Bahwa fungsi
manusia diberi hidup untuk mencari ridla Allah, taat pada-Nya, dan menjauhi
murka dan siksa-Nya. Maka orang yang tidur tidak bisa melakukan fungsi ini, dia
seperti mayat, oleh karenanya (ketika bangun) dia memuji Allah atas nikmat ini
dan hilangnya penghalang-penghalang (mendapatkan ridla Allah) tersebut."
. . . fungsi manusia diberi hidup untuk mencari ridla Allah, taat pada-Nya, dan menjauhi murka dan siksa-Nya. Maka orang yang tidur tidak bisa melakukan fungsi ini, dia seperti mayat . . .
Maksud Meninggal di atas
Fitrah
Sedangkan makna meningal
di atas fitrah dalam hadits di atas adalah meninggal di atas Islam dan tauhid.
Imam Al-Thibbi dalam memberi syarah hadits di atas berkata, "Maksudnya
adalah engkau meninggal di atas agama yang lurus, millah Ibrahim 'alaihis
salam.
Karena Nabi Ibrahim'alaihis salam telah berislam dan
tunduk patuh serta berkata, "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta
alam." Dan beliau telah datang kepada Allah dengan membawa hati yang salim
(bersih)." (Lihat Tuhfatul Ahwadzi Syarah al-Tirmidzi terhadap hadits
tersebut).
Keutamaan meninggal di
atas fitrah ini –berdasarkan hadits di atas- karena meninggal dalam keadaan
suci, melakukan apa yang disuka oleh Nabi (yakni tidur di atas bagian kanan
karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyukai untuk
mengutamakan yang kanan), dan menjadikan zikir sebagai amal terakhirnya.
Wallahu Ta'ala A'lam. [voa-islam.com]
Published by: Selada Raya, Rachmat Machmud Flimban
