Print Friendly and PDF Mengqadha Shalat Setelah Suci Haid | PERUMNAS I Selada Raya
Home » , » Mengqadha Shalat Setelah Suci Haid

Mengqadha Shalat Setelah Suci Haid

Written By Rachmat.M.Flimban on 13 Maret 2013 | 03.08

Print Friendly and PDFPrint Friendly
Menqadha Shalat Setelah Suci Haid
Kategori : Wanita,Shalat

Pertanyaan:

Jika seorang wanita telah suci setelah ashar, apakah dia harus mengerjakan shalat dzuhur, dijamak dengan ashar?

Nuwun.
Dari: Stiab Wedo

Jawaban:

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak penjelasan Ibnu Qudamah dalam karya besarnya al-Mughni. Beliau mengatakan,

وَإِذَا طَهُرَتْ الْحَائِضُ، وَأَسْلَمَ الْكَافِرُ، وَبَلَغَ الصَّبِيُّ قَبْلَ أَنْ تَغِيبَ الشَّمْسُ، صَلَّوْا الظُّهْرَ فَالْعَصْرَ، وَإِنْ بَلَغَ الصَّبِيُّ، وَأَسْلَمَ الْكَافِرُ، وَطَهُرَتْ الْحَائِضُ قَبْلَ أَنْ يَطْلُعَ الْفَجْرُ، صَلَّوْا الْمَغْرِبَ وَعِشَاءَ الْآخِرَةِ

“Apabila ada wanita haid telah suci, atau orang yang kafir masuk Islam, atau seorang remaja menginjak baligh sebelum terbenam matahari, maka mereka semua wajib shalat dzuhur lalu dijamak dengan ashar. Demikian pula, ketika ada seorang remaja yang menginjak baligh, atau orang kafir masuk Islam, atau wanita haid suci sebelum terbit fajar, maka dia shalat maghrib dan isya.

Selanjutnya Ibnu Qudamah menyebutkan daftar ulama yang berpendapat demikian, dan perselisihan yang terjadi dalam masalah ini. Beliau melanjutkan,

وَرُوِيَ هَذَا الْقَوْلُ فِي الْحَائِضِ تَطْهُرُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، وَابْنِ عَبَّاسٍ، وَطَاوُسٍ، وَمُجَاهِدٍ، وَالنَّخَعِيِّ، وَالزُّهْرِيِّ، وَرَبِيعَةَ، وَمَالِكٍ، وَاللَّيْثِ، وَالشَّافِعِيِّ، وَإِسْحَاقَ، وَأَبِي ثَوْرٍ.

“Pendapat di atas, bahwa wanita haid yang suci harus menjamak shalat, pendapat ini diriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum, Thawus, Mujahid, An-Nakha’i, az-Zuhri, Rabi’ah (guru Imam Malik), Malik, al-Laits, asy-Syafi’i, Ishaq bin Rahuyah, dan Abu Thaur.

Ibnu Qudamah melanjutkan,

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: عَامَّةُ التَّابِعِينَ يَقُولُونَ بِهَذَا الْقَوْلِ، إلَّا الْحَسَنَ وَحْدَهُ قَالَ: لَا تَجِبُ إلَّا الصَّلَاةُ الَّتِي طَهُرَتْ فِي وَقْتِهَا وَحْدَهَا. وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ، وَأَصْحَابِ الرَّأْيِ؛ لِأَنَّ وَقْتَ الْأُولَى خَرَجَ فِي حَالِ عُذْرِهَا، فَلَمْ تَجِبْ كَمَا لَوْ لَمْ يُدْرِكْ مِنْ وَقْتِ الثَّانِيَةِ شَيْئًا.

Imam Ahmad mengatakan: “Umumnya ulama tabiin memiliki pendapat demikian, kecuali Hasan al-Bashri seorang. Beliau mengatakan, ‘Dia tidak wajib melaksanakan shalat, selain shalat yang waktunya bertepatan dengan waktu sucinya.’ Pendapat ini diikuti at-Tsauri, dan ulama kufah. Karena waktu shalat yang pertama telah berlalu pada saat dia masih memiliki udzur, sehingga tidak wajib. Sebagaimana ketika dia tidak mendapatkan waktu shalat yang kedua.”

Selanjutnya, Ibnu Qudamah menyampaikan tarjih untuk pendapat yang paling kuat,

وَلَنَا مَا رَوَى الْأَثْرَمُ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَغَيْرُهُمَا، بِإِسْنَادِهِمْ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُمَا قَالَا فِي الْحَائِضِ تَطْهُرُ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ بِرَكْعَةٍ: تُصَلِّي الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ، فَإِذَا طَهُرَتْ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ، صَلَّتْ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا. وَلِأَنَّ وَقْتَ الثَّانِيَةِ وَقْتٌ لِلْأُولَى حَالَ الْعُذْرِ، فَإِذَا أَدْرَكَهُ الْمَعْذُورُ لَزِمَهُ فَرْضُهَا، كَمَا يَلْزَمُهُ فَرْضُ الثَّانِيَةِ

“(untuk memilih pendapat yang kuat), kita memiliki keterangan yang diriwayatkan oleh al-Atsram, Ibnul Mundzir dan yang lainnya, dengan sanad mereka, dari Abdurrahman bin Auf dan Abdullah bin Abbas, pendapat mereka tentang wanita haid yang suci sebelum terbit fajar dan cukup mendapatkan satu rakaat, maka dia melakukan shalat maghrib dan isya. Dan jika suci sebelum matahari terbenam maka dia shalat zuhur dan asar dengan dijamak. Karena waktu shalat kedua, merupakan waktu bagi shalat pertama ketika ada udzur. Jika orang yang mendapatkan udzur mendapatkan waktu ini, maka dia wajib melaksanakan kewajibannya, sebagaimana dia wajib melaksanakan kewajiban shalat yang kedua (al-Mughni, Ibnu Qudamah, jilid 1 hlm. 287, Maktabah Kairo, 1388 H).

Allahu a’lam


Di Kutip Dari Artikel : www.KonsultasiSyariah.com


Download Mengqadha Shalat Setelah Suci Haid Klik Disini


print this page Print this page

Artikel:Perumnas I Selada Raya

Ingin Mendapat Tambahan Pahala dan Terkabul Do'a?
Sebarkan informasi ini, agar Anda mendapat Pahala Berbagai Ilmu Bermanfaat
Do'kan kebaikan untuk kami, agar Anda mendapat Kebaikan Yang sama
Do'akanlah agar pengelola website ini beserta keluarga besarnya Allah jadikan panjang umur dan bertakwa, diampuni segala dosa, sehat-kaya-bahagia hingga akhir usia. Dengan mendo'akan kebaikan untuk kami, Insya Allah Anda mendapat kebaikan yang sama.
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda : "Do'a seseorang muslim untuk saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do'a yang mustajab (terkabulkan). Disisinya ada malaikat yang bertugas (mengaminkan do'a-nya). Setiap kali dia mendo'akan kebaikan untuk saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang sama dengan-nya." {HR. Muslim no. 2733}.

Temukan Kami di Facebook Kunjungi TUNTUNAN ISLAM
Kunjungi CENTRAL SELADA RAYA
Twitter



Ingin Bergabung untuk Mendapatkan Artikel-artikel Terbaru!
Silahkan Tinggalkan Alamat E-Mail Pada kolom dibawah ini,Dengan Demikian Anda akan Menerima Email Setiap ada Artikel/Posting Terbaru.


Delivered by FeedBurner
Print Friendly and PDFPrint Friendly
Share this article :


 
Support : Tuntunan Islam | Central Selada Raya | Al Islam
Copyright © 2013. PERUMNAS I Selada Raya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger